Saatnya Pemuda Hantak Siku: Pertanian Bukan Pilihan Terakhir, Tapi Peluang Terbesar!

MMCKalteng - Minat pemuda Kalimantan Tengah dalam sektor pertanian masih sangat rendah, meskipun daerah ini dianugerahi kekayaan alam dan lahan pertanian yang sangat subur. Komoditas seperti cabai, mentimun, terong, dan aneka sayur mayur lainnya terbukti tumbuh subur dan berpeluang besar untuk dikembangkan. Rendahnya keterlibatan pemuda sering kali dipengaruhi oleh pola pikir yang menganggap pekerjaan kantoran atau menjadi pegawai negeri lebih bergengsi dibanding bertani.
Padahal, pertanian saat ini bukan lagi sekadar mencangkul di sawah, melainkan sudah berkembang menjadi usaha produktif yang berbasis teknologi dan inovasi. Dengan manajemen yang baik dan sentuhan digital, usaha pertanian bisa menghasilkan pendapatan tinggi yang bahkan diproyeksikan melampaui Rp10 juta per bulan. Ini membuktikan bahwa sektor pertanian sebenarnya merupakan ladang bisnis yang sangat potensial, khususnya bagi generasi muda yang melek teknologi.
Baca juga : Pelantikan Sekda Kab. Seruyan, Sekda Kalteng : Tingkatkan Kinerja dan Pembinaan ASN dalam Pelaksanaan Tugas dan PengabdianTanaman pangan memiliki peran vital dalam kehidupan sehari-hari karena menjadi sumber utama kebutuhan konsumsi masyarakat Indonesia. Jenisnya pun beragam, mulai dari serelia seperti padi dan jagung, umbi-umbian seperti singkong dan kentang, hingga kacang-kacangan yang memiliki nilai jual tinggi. Permintaan terhadap produk ini selalu stabil, menjadikan bisnis tanaman pangan sebagai salah satu usaha yang minim risiko jika dikelola secara serius.
Lebih dari itu, sektor pertanian juga berkontribusi besar dalam membuka lapangan kerja dan menggerakkan roda ekonomi di pedesaan. Selain mampu menyerap banyak tenaga kerja, usaha pertanian juga berperan menjaga stabilitas harga bahan pokok dan mendukung ketahanan pangan nasional. Artinya, pertanian memiliki dampak yang luas, tidak hanya penting dari sisi ekonomi tetapi juga menyentuh aspek sosial dan kesejahteraan masyarakat.
Indonesia saat ini tengah menghadapi bonus demografi, di mana sebagian besar penduduknya berasal dari generasi muda, khususnya milenial dan generasi Z. Berdasarkan data BPS, lebih dari 60 persen penduduk Indonesia berasal dari kelompok usia produktif ini, yang seharusnya bisa menjadi motor penggerak pertanian masa depan. Jika generasi muda diberi ruang, pendampingan, dan akses teknologi, mereka mampu mentransformasi pertanian menjadi lebih modern dan menarik.

Melalui pendekatan teknologi seperti sistem hidroponik, pertanian urban, serta pemanfaatan aplikasi digital dalam pemasaran dan manajemen usaha, anak muda dapat menjalankan pertanian dengan cara yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Pertanian tak lagi identik dengan kerja fisik berat, melainkan bisa dilakukan di lahan sempit. Hal ini membuka peluang besar bagi pemuda di daerah maupun kota untuk tetap bisa bertani tanpa harus berpindah profesi secara ekstrem.
Kini saatnya pemuda Kalimantan Tengah mengubah cara pandang dan mulai melihat sektor pertanian sebagai jalur masa depan yang menjanjikan. Mereka harus hantak siku, istilah lokal yang berarti semangat kerja keras, dalam menjemput peluang emas yang ada di sekeliling mereka. Jangan sampai kekayaan alam dan peluang besar yang tersedia justru dimanfaatkan oleh pihak luar, sementara pemuda lokal hanya menjadi penonton.
Pertanian bukan profesi kelas dua, melainkan bagian penting dari pembangunan nasional yang berkelanjutan. Dengan kontribusi nyata dari pemuda, pertanian di Kalimantan Tengah bisa berkembang pesat dan menjadi salah satu pilar utama dalam mendukung Kalteng sebagai daerah penyangga pangan nasional, khususnya untuk Ibu Kota Nusantara (IKN). Generasi muda punya peran besar untuk menjaga ketahanan pangan, menciptakan inovasi, dan mewujudkan kemandirian ekonomi bangsa. (MTD/edit: IAQ)