Hausmann Baboe, Perintis Pers Kalimantan asal Kalteng #HPN2018

MMCKalteng- Suku Dayak sejak dulu sudah tunjukan eksistensi dalam dunia pers, hal ini dibuktikan oleh salah seorang putra Dayak yang memulai langkahnya dengan mendirikan Majalah Soera Pakat. Hausmann Baboe merupakan seorang perintis Pers di Kalimantan Tengah. Ia telah berkecimpung dan menekuni dunia jurnalistik sejak tahun 1905, sehingga kemudian diikuti oleh angkatan muda termasuk para pemuda etnis Dayak.
Hausmann Baboe sendiri, selain juga dikenal sebagai seorang wartawan, juga dikenal sebagai seorang tokoh pergerakan nasional yang memiliki peranan penting didunia Pers. Ia lahir pada tahun 1881, putera dari pasangan suami-isteri Joesoef Baboe-Soemboel Bahar, kedua-duanya asal Dayak Ngaju, termasuk yang disebut utus gantong (bangsawan/otokrasi). Tinggal di Lewu Sungei Pasah dan Hampatong, Kuala Kapuas. Hausmann Baboe adalah cucu dari Tamanggung Ambo Nikodemos.
Baca juga : Pemkab Pulang Pisau Jalin Kerja Sama Penerapan Aplikasi e-Kinerja dengan Pemkab KobarHausmann juga berteman akrab dengan tokoh nasional, H. O. S. Tjokroaminoto. Sebagai seorang wartawan yang sangat aktif, sampai tahun 1937, Hausmann Baboe juga melakukan profesi wartawan ini tanpa bersandar pada imbalan yang sekarang dikenal dengan sebutan honorarium. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ia adalah perintis pers di Kalimantan pada umumnya dan Kalimantan Tengah secara lebih khusus.
Sejak tahun 1905, Hausmann Baboe menjadi wartawan Harian Sinar Borneo. Selanjutnya, tahun 1914, ia menjadi wartawan Harian Pengharapan. Di samping harian-harian tersebut, Hausmann Baboe membantu Majalah Bulanan Barita Bahalap (BB) sejak tahun 1915, yang diterbitkan di Kuala Kurun awal tahun 1912. Majalah BB merupakan majalah pertama terbitan Kalimantan Tengah (di masa kekuasaan Belanda di Kalimantan yang disebut Afdeling Kapoeas-Barito). Pada tahun 1926.
Kemudian, pada bulan Agustus 1943, Hausmann Baboe pernah ditangkap oleh Keibitai (pasukan Polisi Militer Jepang) di Kuala Kapuas. Ia disiksa secara kejam bersama-sama dengan para tawanan lainnya, seperti Dr. B. J. Haga, Gubernur Borneo, dr. Visser berkebangsaan Swiss, dokter Zending dan Kepala Rumah Sakit Umum Gereja Dayak Evangelis (RSU-GDE) Kuala Kapuas. Pada tahun 1943, pada tanggal tanggal 20 Desember, Hausmann Baboe bersama dengan 250 orang lainnya, termasuk B. J. Haga dan dr. Visser, dibunuh oleh Keibitai Jepang dengan tuduhan melakukan subversi.
Atas dasar jasa-jasa Hausmann Baboe baik jasanya sebagai wartawan, maupun sebagai penerbit surat kabar dan pendiri kantor berita pertama di negeri ini, pihak PWI Kalimantan Selatan dan Kanwil Deppen Kalimantan Selatan pernah mengajukan usul kepada Pemerintah Pusat Republik Indonesia agar kepada Hausmann Baboe dan tokoh-tokoh pers Kalimantan Selatan seperti wartawan Kesuma Wiro Negoro, A. A. Hamidhan, Amir Hassan Bondan dan Mohamad Horman diberikan gelar Perintis Pers Kemerdekaan.
(Yuwe/ Berbagai sumber/ Foto: Net)