Varietas Padi Unggul Penopang Pertanian Modern di Kalimantan Tengah

MMCKalteng - Pertanian padi di Kalimantan Tengah terus menunjukkan perkembangan positif seiring dengan pengenalan berbagai varietas unggul yang lebih adaptif, produktif, dan tahan terhadap hama penyakit. Langkah ini menjadi bagian penting dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan daerah sekaligus memberikan solusi bagi petani untuk memperoleh hasil panen yang lebih maksimal. Penggunaan varietas unggul juga sangat relevan untuk mendukung keberhasilan program Food Estate yang tengah digencarkan pemerintah di Kalimantan Tengah.
Berbagai varietas padi unggul kini dikembangkan sesuai dengan karakteristik lahan, kebutuhan pasar, dan kondisi iklim lokal. Selain itu, varietas-varietas ini juga dirancang agar cocok dengan sistem pertanian skala luas seperti di Food Estate. Petani yang mengadopsi varietas ini tidak hanya mendapatkan hasil lebih tinggi, tapi juga bisa menyesuaikan diri dengan pola tanam yang lebih efisien dan berorientasi pasar. Berikut beberapa jenis varietas padi yang ada di Kalimantan Tengah :
Baca juga : Kepala Dinas Pendidikan Syaifudi Mewakili Gubernur Serahkan Hibah Hewan Kurban dari Pemprov Kalteng untuk Kab KotimVarietas IR-42/PB-42
Salah satu varietas yang masih populer adalah IR-42 atau PB-42. Varietas ini dikenal sebagai pengganti varietas lokal jenis beras pera atau karau yang produksinya rendah dan umur panennya cukup panjang. IR-42 memiliki umur tanam sekitar 4–5 bulan dan mampu menghasilkan 4–5 ton per hektare. Meskipun tergolong varietas lama, permintaan terhadap IR-42 masih tinggi karena berasnya bertekstur pera yang sangat cocok untuk kuliner khas Kalimantan Selatan seperti Ketupat Kandangan. Selain itu, gabah IR-42 memiliki harga jual yang stabil dan setara dengan varietas lokal, sehingga masih diminati oleh petani dan industri.
Varietas Inpari 32
Varietas unggul lainnya yang kini mulai banyak dikembangkan di Kalimantan Tengah adalah Inpari 32. Varietas ini dikenal karena hasilnya yang tinggi dan umur panennya yang pendek, yaitu sekitar 120 hari. Dalam kondisi ideal, Inpari 32 dapat menghasilkan hingga 8–9 ton per hektare. Padi ini juga memiliki batang yang kuat sehingga tahan rebah saat cuaca buruk, serta tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri. Kualitas nasinya pun disukai pasar karena pulen dan memiliki kadar amilosa sekitar 21,8 persen.
Varietas Inpari 37
Selanjutnya ada Inpari 37, varietas padi unggul baru yang dikembangkan oleh Badan Litbang Pertanian. Varietas ini memiliki potensi hasil yang sangat tinggi, mencapai rata-rata 9,6 ton per hektare dan bahkan bisa mencapai 12,4 ton per hektare dalam kondisi optimal. Inpari 37 juga unggul karena mampu beradaptasi di berbagai lingkungan, mulai dari dataran rendah hingga ketinggian 600 meter di atas permukaan laut. Selain itu, varietas ini tahan terhadap penyakit tungro dan blas serta menghasilkan nasi yang pulen, sesuai dengan selera mayoritas konsumen.
Varietas Inpari 42 GSR
Varietas lainnya adalah Inpari 42 Agritan GSR yang diluncurkan pada tahun 2016. Varietas ini cocok untuk lahan sawah irigasi dan mampu menghasilkan anakan produktif hingga 18 malai per rumpun, dengan potensi hasil 7,10 ton per hektare. Meskipun agak rentan terhadap virus tungro varian tertentu, varietas ini memiliki keunggulan dalam ketahanan terhadap penyakit blas dan hama wereng batang cokelat, yang sering menjadi ancaman utama dalam budidaya padi.
Varietas MR70
Terakhir, varietas MR70 juga telah digunakan di Kalimantan Tengah karena keunggulannya yang serba cepat dan tangguh. Umur tanamnya hanya sekitar 110–115 hari, namun dapat menghasilkan panen 8–10 ton per hektare. MR70 dikenal tahan terhadap wereng cokelat dan mampu beradaptasi dengan baik di berbagai jenis lahan, baik yang basah maupun kering. Dengan segala kelebihannya, varietas ini menjadi pilihan ideal bagi petani yang ingin hasil cepat dan aman dari gangguan hama.
Penggunaan varietas unggul ini membuktikan bahwa pertanian di Kalimantan Tengah terus berinovasi. Bukan hanya untuk meningkatkan produksi, tetapi juga sebagai langkah nyata menyambut pertanian masa depan yang lebih modern, efisien, dan berdaya saing tinggi. Untuk generasi muda yang ingin terjun ke dunia pertanian, kini sudah banyak pilihan varietas yang bisa dipertimbangkan, disesuaikan dengan kebutuhan lahan dan tujuan usaha tani. Karena bertani hari ini bukan sekadar tradisi, tapi juga peluang besar untuk menciptakan ketahanan pangan dan kemandirian ekonomi daerah. (MTD/Edit:ARK)