AI Membuat Hoaks Makin Meyakinkan, Publik Harus Waspada!

MMCKalteng - Laporan terbaru Global Risks Report 2025 dari World Economic Forum (WEF) mengingatkan dunia, hoaks dan disinformasi kembali jadi ancaman utama dalam dua tahun mendatang. Bedanya, kali ini teknologi kecerdasan buatan (AI) membuat penyebaran informasi palsu jauh lebih mudah, cepat, dan meyakinkan.
Menurut WEF, derasnya arus hoaks dapat meruntuhkan kepercayaan masyarakat, memecah belah kohesi sosial, hingga memicu konflik antarnegara. Risiko lain yang juga menghantui dunia adalah cuaca ekstrem, polarisasi sosial, spionase siber, dan potensi perang.
Baca juga : Kalteng Siap Sukseskan Program Satu Desa Percontohan Antikorupsi di Setiap Kabupaten Tahun 2025Fenomena ini semakin mengkhawatirkan karena Generative AI mampu menciptakan teks, gambar, suara, bahkan video palsu yang hampir mustahil dibedakan dari aslinya. Akibatnya, publik semakin sulit mempercayai media, lembaga resmi, maupun proses demokrasi. Hoaks pun sering dijadikan senjata untuk menguatkan narasi ekstrem dan memperdalam perpecahan politik maupun sosial.
Tak hanya itu, algoritma media sosial yang lebih mementingkan konten viral daripada kebenaran membuat situasi makin runyam. Inilah yang menciptakan echo chamber, ruang gema digital yang hanya mengulang-ulang keyakinan yang sudah ada, tanpa membuka ruang bagi informasi yang lebih akurat.
Masalahnya, perkembangan AI sering kali melampaui kemampuan pengawasan pemerintah. Jika tidak dikelola dengan baik, dampaknya bisa membahayakan masyarakat luas. Beberapa solusi mulai muncul, misalnya penggunaan tanda air (watermarking) dan sistem keaslian konten, untuk memberi kejelasan pada publik soal sumber informasi.
Namun, kunci utama tetap ada pada literasi. Masyarakat perlu dibekali kemampuan berpikir kritis agar bisa memilah mana fakta, mana hoaks. Sekolah, perpustakaan, hingga komunitas lokal punya peran penting menyediakan edukasi dan pelatihan literasi digital.
Pada akhirnya, kolaborasi antara pemerintah, perusahaan teknologi, peneliti, dan organisasi masyarakat sipil sangat dibutuhkan. Dengan kerja sama yang kuat, AI dapat diarahkan menjadi alat kemajuan dan kebenaran bukan sekadar mesin penyebar manipulasi dan perpecahan. (MTD)