Ajang Lomba Manyipet, Senjata Tradisional Suku Dayak yang masih Dipertahankan di FBIM 2024

MMCKalteng - Palangka Raya – Hari keempat digelarnya Festival Budaya Isen Mulang (FBIM) Tahun 2024 yang diselenggarakan Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah (Pemprov Kalteng) untuk memperingati Hari Jadi Kalteng ke-67 berlangsung meriah. Rangkaian kegiatan lomba khas Daerah salah satunya adalah Lomba Manyipet, yang dilaksanakan di GOR Serbaguna Jl. Tjilik Riwut Palangka Raya, Rabu (22/5/2024).
Peserta lomba manyipet dibagi menjadi dua kategori yaitu kategori putra dan kategori putri. Untuk kategori putra diikuti oleh 13 kabupaten /kota, antara lain Palangka Raya, Kapuas, Pulang Pisau, Katingan, Barito Selatan, Barito Utara, Barito Timur, Murung Raya, Kotawaringin Timur, Kotawaringin Barat, Seruyan, Lamandau, dan Kabupaten Sukamara.
Baca juga : Sahli Yuas Elko Buka Kegiatan Diseminasi Perlindungan Terhadap WartawanSedangkan untuk kategori putri diikuti oleh 12 kabupaten /kota yakni Palangka Raya, Kapuas, Pulang Pisau, Katingan, Barito Selatan, Barito Utara, Barito Timur, Murung Raya, Kotawaringin Timur, Kotawaringin Barat, Lamandau, dan Kabupaten Sukamara.
Adapun tim juri Lomba Manyipet terdiri dari tiga orang, yaitu Jani Saputra, P. Lampang dan Markorius.

Koordinator lomba, Teras Ariantho mengungkapkan, lomba ini digelar dalam rangka melestarikan salah satu bentuk usaha perburuan dengan menggunakan sipet yaitu senjata tradisional suku Dayak yang digunakan juga untuk mempertahankan diri ketika perang pada zaman dulu. “Sipet (sumpit) terbuat dari bahan kayu, anak sumpit (damek) terbuat dari bambu dan atau dari bahan lainnya. Pelimping dari bahan kertas atau palawi, disediakan oleh Peserta daerah masing-masing,” ungkap Teras.
Lebih lanjut Teras menyebut, kriteria penilaian menggunakan sistem poin dengan sasaran bidik/target berbentuk lingkaran dari angka 1 sampai 10, nilai tertinggi 10. Sipet (sumpit) terbuat dari bahan kayu, anak sumpit (damek) terbuat dari bambu dan atau dari bahan lainnya. Pelimping dari bahan kertas atau palawi, disediakan oleh peserta daerah masing-masing. Jarak menyumpit untuk peserta putera 25 meter dan jarak menyumpit peserta puteri 20 meter.
“Tempo perlombaan/pertandingan dengan 3 x rambahan; 1 x rambahan = 5 (lima) anak sumpit. Untuk teknik menyumpit dari atas agar mencapai sasaran yang paling tepat (sesuai dengan yang diinginkan) tidak melewati garis start yang telah ditentukan/dibuat oleh panitia,” imbuh Teras.
Sementara itu, Ketua Juri lomba manyipet, Jani Saputra, mengatakan, bahwa falsafah atau filosofi dari manyipet ini adalah untuk menguji kesabaran, kosentrasi, dan usaha. Layaknya seseorang yang ingin menggapai cita-citanya dengan keinginan yang kuat. “Jadi kita sebagai orang Dayak punya tujuan hidup. Misal kalau kita sekolah, kita bisa menyelesaikan dengan baik dan bisa mencapai cita-cita dengan baik dan tetap berusaha sabar agar bisa mencapai target sama seperti sipet,” terang Jani.

“Harapannya dengan adanya lomba festival manyipet ini kita semakin bisa melestarikan dan juga memperlihatkan ke generasi-generasi muda bahwa ini salah satu budaya senjata tradisional dari khas Kalimantan Tengah, khususnya suku Dayak,” tandas Jani.
Sebagai informasi, pemenang lomba manyipet kategori putra diraih Kabupaten Lamandau (Juara I), Kabupaten Murung Raya (Juara II), Kabupaten Barito Utara (Juara III), Kabupaten Kapuas (Harapan I), Kabupaten Katingan (Harapan II) dan Kabupaten Kotawaringin Barat (Harapan III). Sedangkan kategori putri diraih oleh Kabupaten Barito Utara (Juara I), Kabupaten Murung Raya (Juara II), Kabupaten Katingan (Juara III), Kabupaten Kotawaringin Timur (Harapan I), Kota Palangka Raya (Harapan II), dan Kabupaten Barito Selatan (Harapan III). Penyerahan hadiah diwakili oleh Kepala Bidang Kesenian, Tradisi dan Warisan Budaya, Sussy Asti.
(Ay/Foto:Dani&istimewa)